Kebijakan ekonomi
adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah untuk
meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain
kebijakan ekonomi diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti kebijakan sosial
yang menyangkut masalah pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Kebijakan ekonomi mikro, adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan pada
semua perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.
2. Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada
wilayah tertentu atau pada sektor-sektor tertentu.
3. Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek
ekonomi pada tingkat nasional (agregat). Oleh sebab itu, kebijakan ini bisa
mempengaruhi atau bahkan membuat kebijakan meso dan kebijakan mikro menjadi
lebih atau kurang efektif. Maka dari itu saya akan membahas lebih dalam
mengenai kebijakan ekonomi makro.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan pemerintah. kebijakan fiskal lebih mekankan pada
pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak.
Ada 2 macam kebijakan fiskal yatu :
1. Kebijakan Fiskal Ekspansif
1. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan pemerintah untuk
membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan Negara guna memberi stimulus
pada perekonomian.
2. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan pemerintah untuk
membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya.
Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu:
1. Untuk
meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk
memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
3. Untuk
menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.
Ada 2 kebijakan moneter yaitu :
Ada 2 kebijakan moneter yaitu :
1.
Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu
kebijakan untuk menambah jumlah uang yang beredar.
2.
Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu
kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar atau disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
1.
Operasi Pasar Terbuka
Operasi
pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah.
2.
Diskonto
Diskonto
adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank
sentral pada bank umum.
3.
Rasio Cadangan Wajib
Rasio
cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
A. KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER SEKTOR LUAR
NEGERI
Kebijakan
fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui penerimaan negara dan pengeluaran
negara. Disamping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran
(defisit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber
penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara.
Di dalam
perhitungan defisit atau surplus anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN),
perlu diperhatikan jenis-jenis penerimaan yang dapat dikategorikan sebagai
penerimaan negara, dan jenis-jenis pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai
pengeluaran negara. Pada dasarnya yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah
pajak-pajak dan berbagai pungutan yang dipungut pemerintah dari perekonomian
dalam negeri, yang menyebabkan kontraksi dalam perekonomian. Dengan demikian
hibah dari negara donor serta pinjaman luar negeri tidak termasuk dalam
penerimaan negara.
Di lain
sisi, yang dimaksud dengan pengeluaran negara adalah semua pengeluaran untuk
operasi pemerintah dan pembiayaan berbagai proyek di sektor negara ataupun
badan usaha milik negara. Dengan demikian pembayaran bunga dan cicilan hutang
luar negeri tidak termasuk dalam perhitungan pengeluaran negara.
Dari
perhitungan penerimaan dan pengeluaran negara tersebut, akan diperoleh besarnya
surplus atau defisit APBN. Dalam hal terdapat surplus dalam APBN, hal ini akan
menimbulkan efek kontraksi dalam perekonomian, yang besarnya tergantung kepada
besarnya surplus tersebut . Pada umumnya surplus tersebut dapat dipergunakan
sebagai cadangan atau untuk membayar hutang pemerintah (prepayment).
Dalam hal
terjadi defisit, maka defisit tersebut dapat dibayai dengan pinjaman luar
negeri (official foreign borrowing) atau dengan pinjaman dalam negeri. Pinjaman
dalam negeri dapat dalam bentuk pinjaman perbankan dan non-perbankan yang
mencakup penerbitan obligasi negara (government bonds) dan privatisasi. Dengan
demikian perlu ditegaskan bahwa penerbitan obligasi negara merupakan bagian
dari pembiayaan defisit dalam negeri non-perbankan yang nantinya diharapkan
dapat memainkan peranan yang lebih tinggi. Hal yang paling penting diperhatikan
adalah menjaga agar hutang luar negeri atau hutang dalam negeri tersebut masih
dalam batas-batas kemampuan negara (sustainable).
Pada
dasarnya defisit dalam APBN akan menimbulkan efek ekspansi dalam perekonomian.
Dalam hal defisit APBN dibiayai dengan pinjaman luar negeri, maka hal ini tidak
menimbulkan tekanan inflasi jika pinjaman luar negeri tersebut dipergunakan
untuk membeli barang-barang impor, seperti halnya dengan sebagian besar
pinjaman dari CGI selama ini. Akan tetapi bila pinjaman luar negeri tersebut
dipergunakan untuk membeli barang dan jasa di dalam negeri, maka pembiayaan
defisit dengan memakai pinjaman luar negeri tersebut akan menimbulkan tekanan
inflasi. Dilain pihak, pembiayaan defisit APBN dengan penerbitan obligasi
negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan menimbulkan tekanan inflasi.
Adapun
pembiayaan defisit dengan menggunakan sumber dari pinjaman luar negeri akan
berpengaruh pada neraca pembayaran khususnya pada lalu lintas modal pemerintah
. Semakin besar jumlah pinjaman luar negeri yang dapat ditarik, lalu lintas
modal Pemerintah cenderung positif. Adapun kinerja pemerintah dapat dilihat
dari besarnya nilai lalu lintas moneter. Nilai lalu lintas moneter yang positif
menunjukkan adanya cash inflow.
B. Kebijakan
Moneter Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian
Pada
dasarnya, kebijaksanaan moneter ditujukan agar likuiditas dalam perekonomian
berada dalam jumlah yang “tepat” sehingga dapat melancarkan transaksi
perdagangan tanpa menimbulkan tekanan inflasi. Umumnya pelaksanaan pengaturan
jumlah likuiditas dalam perekonomian ini dilakukan oleh bank sentral, melalui
berbagai instrumen , khususnya open market operations (OMOs).
Dalam
melaksanakan OMO, pada umumnya bank sentral menjual atau membeli obligasi
negara jangka panjang. Jika likuiditas dalam perekonomian dirasakan perlu
ditambah, maka bank sentral akan membeli sejumlah obligasi negara di pasar
sekunder, sehingga uang beredar bertambah, dan dilain pihak bila bank sentral
ingin mengurangi likuiditas dalam perekonomian, bank sentral akan menjual
sebagian obligasi negara yang berada dalam portofolio bank sentral. Perlu
difahami bahwa portofolio obligasi negara di bank sentral tersebut memberikan
pendapatan kepada bank sentral berupa bunga obligasi.
Dalam
kasus Indonesia, sampai saat ini Bank Indonesia belum memiliki obligasi negara
yang dapat dipakai untuk OMO. Walaupun pemerintah Indonesia telah menerbitkan
obligasi, yang dimulai pada masa krisis untuk rekapitalisasi bank-bank yang
bermasalah, tetapi pasar sekunder bagi obligasi negara baru pada tahap awal dan
volume transaksi jual beli di pasar sekunder tersebut masih sedikit. Selama ini
Bank Indonesia masih mempergunakan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk
melaksanakan OMOs. Disamping menimbulkan beban pada Bank Indonesia, karena BI
harus membayar bunga SBI yang cukup tinggi, jangka waktu SBI juga sangat
pendek, umumnya 1 (satu) bulan, sehingga instrumen ini sebenarnya kurang
memadai untuk dipakai dalam OMOs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar